BAHAGIA MENERIMA IKHLAS DAN TANPA PAMRI

 


𝙈𝘼𝙎𝘼𝙇𝘼𝙃 𝘼𝙏𝘼𝙐 𝙁𝘼𝙆𝙏𝘼 ?


Seringkali, Kita sembrono mengeluarkan isi curhat pada orang lain atau pada seorang terapist, sampai-sampai sang terapistpun ikut bingung dengan hal yang Kita ceritakan.


Tapi tahukah Anda, apa yang sebenarnya Anda curhatkan?


Anda sering katakan yang sedang Anda ceritakan adalah yang menjadi masalah Anda, namun, cerita yang disampaikan terlalu panjang dan cenderung berbelit-belit.


Benarkah apa yang Anda katakan, semuanya adalah masalah? Atau malah merupakan fakta?


Misalkan, pasangan Anda, anak, atau orang lain bersikap yang tak sesuai harapan Anda, apakah ini masalah atau fakta?


Ketahuilah hal ini adalah 𝙛𝙖𝙠𝙩𝙖.


Faktanya sikap mereka tak sesuai harapan.


Apa yg jadi masalah sebenarnya?


𝙈𝙖𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝 adalah 𝙧𝙚𝙨𝙥𝙤𝙣 Anda terhadap hal atau sikap orang lain ataupun  peristiwa yang terjadi di mana hal tersebut tak sesuai antara fakta (kenyataan) dengan harapan Anda.


Oleh karena itu pastikan Anda bisa membedakan antara fakta dengan masalah.


Jika itu adalah fakta (kenyataan), maka Anda tak punya kendali untuk mengubahnya, sebab hal itu berada di lingkaran peduli Anda bukan pada lingkaran kendali.


Terus jika sudah paham apa masalahnya, lalu apa yg diinginkan (diharapkan) oleh Anda?


Ingat, pastikan harapan itu bukan pada perubahan sikap orang lain yang Anda tak mampu mengubahnya.


Jika ingin orang lain berubah, maka Anda selalu jauh dari kata 𝙗𝙖𝙝𝙖𝙜𝙞𝙖.


Setiap orang bertanggung jawab atas perilakunya masing-masing, dan Anda bertanggung jawab atas perilaku dan perasaan Anda.


Perubahan perilaku setiap orang merupakan 𝙝𝙞𝙙𝙖𝙮𝙖𝙝 dan hal ini adalah hak penuh dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala.


Jika ingin mengubah orang lain, maka Kita tak mungkin mengubahnya.


Kita hanya bisa mengendalikan diri agar dapat menerima atau mengubah perilaku diri sendiri dan ngga bisa mengendalikan perubahan orang lain, sebab Kita bukan pemberi hidayah.


Kita hanya bisa peduli pada orang lain.


Peduli dengan tulus, walau sikap dan perilakunya belum sesuai dengan harapan Kita, yang dapat Kita lakukan adalah tetap memberi cinta dan kasih, karena Allahu Ta'aala, 𝙩𝙖𝙣𝙥𝙖 𝙥𝙖𝙢𝙧𝙞𝙝.


Selanjutnya?


Yang mesti menjadi perhatian untuk diterapi adalah, bagaimana respon (ketidaksiapan) Anda mendapati fakta yang tak sesuai dengan harapan.


Saat Anda tak siap, maka muncul rasa tak nyaman, maka terapi rasa tak nyaman itu. 


Do'anya, "𝑌𝑎 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ, 𝑤𝑎𝑙𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑘 𝑛𝑦𝑎𝑚𝑎𝑛, ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑘 𝑛𝑦𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑖, 𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑟𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑖𝑛𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑛𝑦𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑗𝑎."


Saat Anda tak siap, boleh jadi Anda merasakan kekecewaan.


Maka contoh do'a terapinya, "𝑌𝑎 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ, 𝑤𝑎𝑙𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑘𝑎𝑝 𝑓𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑙𝑎 𝑏𝑙𝑎 𝑏𝑙𝑎, ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎 𝑟𝑖𝑑ℎ𝑜 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑖, 𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑟𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑀𝑢, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑎𝑓𝑘𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎."


Saat Anda tak siap, boleh jadi Anda akan merasa benci pada perilaku seseorang, dan ingat, Anda boleh membenci perilakunya, tapi tak boleh membenci orangnya, sebab orangnya hanyalah titipan Allah yang fungsinya sebagai fitnah atau ujian buat Kita. 


Boleh saja Kita memberikan nasehat, bimbingan dan lainnya, tentang perubahannya serahkan pada Allah.


Berlaku adil-lah, siapapun bisa saja berbuat salah, termasuk Anda. 


Anda mesti mampu memisahkan antara orangnya dengan perilakunya, karena setiap perilaku tentu ada niat positifnya.


Dan contoh do'a untuk terapi perasaan benci, "𝑌𝑎 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ, 𝑤𝑎𝑙𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑐𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑏𝑢𝑟𝑢𝑘 𝑠𝑖 𝑓𝑢𝑙𝑎𝑛, ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑖, 𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑟𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑀𝑢, 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑚𝑎𝑖𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑡𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑎𝑓𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎."



Wallaahu A'lam,


Sahabat Belajar Anda,


𝙙𝙧. 𝙍𝙖𝙢𝙖𝙙𝙝𝙖𝙣𝙪𝙨, 𝘾𝙃𝙩., 𝙈𝘾𝘾.𝙈𝙏., 𝘾𝙀𝙁𝙏.𝙈𝙏., 𝘾𝙄.

𝐼𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑐𝑡𝑢𝑟 & 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑒𝑠𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑇ℎ𝑒𝑟𝑎𝑝𝑖𝑠𝑡

Komentar

Postingan Populer