Kamis, 22 Oktober 2020

π™ˆπ™€π™‰π™‚π™π™ˆπ™‹π˜Όπ™ π™Žπ™”π™€π™π˜Όπ™‰

 Copas dari 𝙙𝙧. 𝙍𝙖𝙒𝙖𝙙𝙝𝙖𝙣π™ͺ𝙨, π˜Ύπ™ƒπ™©., π˜Ύπ™„.


π™ˆπ™€π™‰π™‚π™π™ˆπ™‹π˜Όπ™ π™Žπ™”π™€π™π˜Όπ™‰


Seringkali tanpa sadar Kita menyalahkan keadaan, peristiwa, dan perilaku orang lain yang membuat hati tak bahagia.

Padahal bahagia itu adalah pilihan dan bahagia itu rumusnya saat posisi Allah di hatinya tak terabaikan.


Diperparah lagi seringnya mengumpat-umpat syetan saat Kita melakukan kesalahan atau dosa, termasuk saat rumah tangga bermasalah.


Bolehkah?


Hindari kawan, mengumpat keadaan, peristiwa, perilaku, dan syetan, sebab Agama tak pernah mengajarkan Kita untuk mengumpat semua itu.


Walau syetan adalah musuh yang nyata, Kita hanya diminta untuk berlindung kepada Allah dari semua penyebab yang membuat Kita dijauhkan dari rahmat Nya termasuk dari gangguan asy syaithan.


Semua hal dijadikan oleh Allah sifatnya hanyalah ujian, dan Allah uji setiap jiwa dengan harta, tahta, wanita, perilaku, bisikan (pengaruh) syetan, dan lain-lain.


Selama Kita masih mengumpat, maka Kita akan mengabaikan rasa tanggung jawab (responsibility) Kita sebagai makhluk Nya yang memiliki tugas penghambaan.


Setiap Kita bertanggung jawab atas perilaku Kita, jadi hindari kebiasaan menyalahkan yang lain.


So, Kita berdosa, bersalah, tak bahagia, adalah tanggung jawab masing-masing Kita bukan disebabkan karena yang lainnya.


Mau bahagia?


Jangan pernah berharap dari selain Allah.


Seringkali ketidakbahagiaan Kita hadir lebih banyak disebabkan karena Kita menginginkan balasan atau apresiasi dari makhluk.


Wallaahu A'lam.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar