Kamis, 15 Oktober 2020

NLP Master Practitioner

 NLP Master Practitioner

#1stDay


Assalamu'alaikum wr. wb.

Hamdan wa syukron lillahi 'azza wa jalla, yang saya hormati master Hari Dewanto selaku Trainer Pelatihan NLP Master Practitioner  yang insya Allah akan saya ikuti selama 5 hari kedepan. Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan sedikit insight yang sudah saya capai pada pelatihan pertama yang telah dilaksanakan malam tadi.


Insight yang saya capai pada pelatihan semalam yang mengangkat materi mengenai NLP Attitude. Seorang praktisi NLP itu mempunyai minimal 3 attitude NLP yang mendasar, yaitu:

1. Respect (Rasa menghargai)

2. Curiousity (Rasa ingin tahu)

3. Flexibility (keluwesan berperilaku)


The Map is not The Territory

Maksudnya adalah Peta (persepsi, realitas internal seseorang) bukanlah wilayah (fakta, kenyataan yang sebenarnya, realitas eksternal seseorang) dan manusia merespons peta internal mereka, bukan berdasarkan kenyataan.


Kalimat diatas adalah salah satu asumsi (presuposisi) yang sangat terkenal. Kita tentu memiliki persepsi masing2 atau bisa disebut juga setiap orang memilik pemahaman berbeda-beda tentang sesuatu. Sebagai contoh, seorang guru yang mengajar di kelas yang beranggotakan banyak siswa, ketika guru menjelaskan suatu materi pelajaran, ada siswa yang benar2 paham dan ada siswa yang belum paham atau bahkan ada siswa yang memahami materi yang disampaikan guru dengan pemahaman lain daripada siswa2 yang lain. Materi yang sudah disampaikan oleh guru tentu akan berbeda2 hasilnya yang masuk ke dalam kepala dan pikiran para siswanya. Itu mengapa disebutkan diatas bahwa realitas internal (didalam) diri seseorang itu belum tentu sama dengan yang terjadi pada realitas eksternal (diluar) diri seseorang dan kebanyakan orang.


Dalam hal ini, kita sepatutnya menyadari bahwa setiap orang yang memiliki perilaku yang berbeda daripada lainnya bukan berarti orang itu salah, akan tetapi memang yang ada dipikiran atau cara orang tersebut merespon sesuatu itu tergantung realitas internalnya. Lalu apa yang sepatutnya kita lakukan, apakah menghakiminya? Tentu itu bukan tindakan yang tepat, namun sebaiknya kita perlu menghargai (respect) orang tersebut atau persepsinya, pendapatnya, juga pemikirannya. Karna seseorang itu bertindak sesuai apa yang ada pada isi kepalanya. Sesuatu yang menurut kita tidak bermanfaat bagi kita itu mungkin saja adalah sesuatu yang bermanfaat baginya, karna asumsi lain mengatakan bahwa seseorang itu bertindak sesuai dengan yang menurutnya bermanfaat dan berguna baginya.


Yang kita lakukan sebaiknya memang menilainya dari sudut pandang yang berbeda, atau kita coba menilainya dari sudut pandang orang tersebut. Jika menurut kita salah, kita bisa menyelesaikan dengan cara memahaminya terlebih dahulu, ya itu tadi menilainya dari sudut pandangnya dulu, setelah kita paham baru kita bisa mengubahnya. Kita tentu memiliki pemikiran yang lain maka kita coba cari pemikiran yang lain pula agar bisa menghargai seseorang atas sesuatu yang ia lakukan. Oleh karena itu, kita perlu menghargai, menjaga niat baiknya, mengerti mengapa bisa sedemikian rupa, baru kita bisa tahu bagaimana membantu mengubah perilakunya.


Mungkin hanya ini insight dari saya, jazakumullah khoiron katsiron πŸ™πŸ™ 

Wassalamu'alaikum wr. wb.


#kampoongnlp

#thecafetherapy

#sahabatwina

#creativehappynlp

#tasawufpsikoterapi

#uinradenintanlampung

#tasawufpsikoterapi_uinlampung





Tidak ada komentar:

Posting Komentar