NLP ; Program Tujuan Hidup yang ingin kan
*Sepanjang Jalan Menjual Kuda*
Di ceritakan ulang oleh : Adi Prastyo Purnomo
Suatu masa hiduplah, seorang Kakek berumur 65 Th dan cucunya berumur 12 Th. Suatu hari, mereka berdua bermaksud menjual seekor Kuda Tua. Untuk itu, mereka harus pergi ke kota dengan menempuh perjalanan darat sehari semalam.
Seperti biasa, si Kakek menunjukkan kasih sayang kepada cucu satu-satunya itu. Kakek berjalan kaki menarik tali kekang kuda tua, sementara si cucu naik di atas punggung kuda sebagaimana kesukaannya. Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan serombongan lelaki paruh baya yang berkata : " Dasar bocah tidak berbakti. Tega sekali anak muda itu membiarkan kakek yang begitu tua berjalan kaki menuntun kuda".
Mendengar gunjingan itu, kakek dan cucu merasa tidak nyaman dan segera bertukar tempat. Cucu berjalan sambil menarik tali kekang kuda, sementara si kakek duduk diatas punggung kuda. Harapan mereka, orang tidak lagi bergunjing karena tampaklah sekarang bakti si cucu.
Sementara berjalan, mereka berpapsan dengan serombongan perempuan muda. Melihat mereka berdua, sekelompok muda itu bicara satu dengan yang lain, "Ammpuuun, .... kakek itu egois sekali dan tidak tahu diri. Dia enak-enakan diatas kuda, sementara seorang anak kecil berjalan kaki menuntun kuda. Masih ada ya orangtua yang tak berhati, seperti itu. Anak kecil iti benar-benar bernasib buruk".
Mendengar pembicaraan itu sang kakek malu luar biasa dan turun dari kuda. Akhirnya mereka berdua memutuskan jalan kaki sambil menarik tali kekang kuda. Setelah berjalan cukup jauh, mereka berjumpa dengam seorang Guru tua dan murid-muridnya. Setelah senyum sejenak dan menyapa si kakek dengan sopan, guru tua itu berkata pada murid-muridnya.
"Sungguh menyedihkan bukan, masih ada saja orang bodoh di zaman ini. Punya kuda tidak dinaiki, tetapi malah memilih berjalan kaki. Lihatlah kakek dan cucu itu.".
Wajah kakek dan cucu lalu memerah padam karen dibilang bodoh. Mereka pikir benar juga apa yang dikatakan oleh guru Tua itu. Kenapa harus jalan kaki sementara mereka punya kuda?. Akhirnya, mereka berdua naik ke punggung kuda tua itu dan meneruskan perjalanan. Setelah beberapa jauh, mereka berpapasan dengan seorang petapa yang menjadi pemuka agama di desa itu. Begitu melihat dua orang naik dipunggung kuda tua, ia berkata,
" Sungguh manusia itu keji, tidak berperikemanusiaan. Kakek dan cucu itu tidak berbelas kasih, mereka menyiksa seekor kuda tua".
Kakek dan cucu celingukan, saling pandang dan garuk-garuk kepala kebingungan harus bagaimana lagi. Akhirnya, mereka mencari potongan kayu besar, memotong menjadi tandu, lalu mengikat kaki depan dan kaki belakang kuda menjadi satu. Selanjutnya mereka meneruskan perjalanan ke kota sambil memanggul kuda tua yang beruntung itu.
_Begitulah orang yang tidak memiliki kesadaran diri. Hidupnya tidak memiliki kehendak bebas karena selalu mengikuti apa yang dipikirkan orang lain. Hidupnya penuh ketakutan dan kekhawatiran yang tidak perlu, padahal ia belum benar-benar hidup. Bagaimana mungkin orang hidup tidak menentukan apa yang baik untuk diri sendiri?.bagaimana mungkin orang yang tidur dapat meraih sukses?.Bangunlah?!Bangkitlah?! Semua engkau butuhkan untuk membahagiakan dirimu telah tersedia, hanya perlu sedikit waktu dan sering mengenali kesadaran diri_
Bisa jadi hal itu mudah ditemukam saat kita mulai mengulas pembelajaran tentang
*_"Neuro Linguistic Programming"_*
Sebuah pelengkap yang bahkan bisa membuat percepatan kita untuk menuju Tujuan Hidup yang ingin di programkan dengan matang dan serius, dan jga sebagai bahan pertimbangan mudah memulai merancang alternative pilihan cara menentukan cara hidup yang selaras dengan, diri dengan keluarga , dengan orang-orang terdekat serta bagi keberlangsungan kegiatan kita di masyarakat luas yang menjadikan diri sebaik-baiknya insan yang bermanfaat bagi sesama.
_Belum terlambat saat anda memutuskan untuk sesegara mungkin mengambil respon yang tepat dan menghasilkan sikap yang Bijak_
Salam
Berdaya Bersama Bahagia
Komentar
Posting Komentar