MENGUKUR KEBERHASILAN HIPNOTERAPI
*MENGUKUR KEBERHASILAN HIPNOTERAPI*
Ketika memutuskan diri menjadi seorang hipnoterapis, saya seringkali mendapatkan pertanyaan tentang bagaimana proses hipnoterapi dianggap berhasil, sebab banyak diluar sana hipnoterapis yang menyatakan bahwa hipnoterapi efektif untuk mengatasi psikosomatis salah satunya.
Awalnya memang saya mengalami kebuntuan juga, sebab jika yang di terapi terkait phobia atau kecemasan ringan hasilnya bisa ditemukan sesaat setelah terapi dengan menguji coba sebuah sugesti, pasalnya jika saya bertemu dengan klien yang menghadapi gangguan kecemasan akut, gangguan tidur atau gangguan ditubuh, seperti somatic problem.
Lalu ketika masuk ke IHC (Indonesian Hypnosis Centre), ada hal yang menarik yaitu, hipnosis bisa mengatasi hal yang terkait pikiran, perasaan dan perilaku, jadi yang di edukasi adalah ketiga hal itu, yang dituju adalah adanya pola dan skema berpikir baru, sehingga berdampak pada gejala-gejala yang muncul, entah itu bersifat kognitif, afeksi atau fisik.
Dan pemahaman saya terlengkapi ketika mengikuti workshop Brief Therapy, walaupun belum lengkap-lengkap amat, tapi baik untuk dijadikan referensi, maksudnya untuk mengukur keberhasilan dari proses hipnoterapi, dan berikut adalah ukuran dan alat saya secara subjektif ketika melakukan hipnoterapi, diantaranya;
1. Pertanyaan Skala
Sebelum masuk ke intervensi hipnoterapi, setelah klien menceritakan apa masalah dan situasinya, saya bertanya tentang berapa nilai dirinya dari keadaan yang dihadapi dari angka 1 s/d 10, lalu setelah klien menilai dirinya, kita masuk ke pendekatan hipnoterapi, dan setelah menterapi, tentu saya tanya kembali nilai dirinya dengan bertanya skalanya, jika angkanya berubah naik satu saja, maka itu bisa dikatakan berhasil, sebab indikatornya bisa jadi pemaknaan baru, pemahaman baru, startegi baru dan paradigma berpikir baru.
2. Post Hipnotik Sugestion
Maksudnya adalah ketika seseorang diberikan sugesti dan jangkar, maka saat itu juga kita bisa melihat adanya keterampilan baru dari klien, dan jika dalam stage hypnosis tentu suyet mengikuti dan menyetujui permainan sugesti yang diberikan.
3. Menemukan Penyebab
Hipnosis dengan pendekatan Age regresion bisa menemukan penyebab dari munculnya suatu gejala, walaupun butuh proses dan bisa jadi sebuah pembenaran, tapi dengan ditemukannya sebuah pengalaman atau peristiwa dimasa lalu yang menyebabkan kondisi saat ini, maka kita bisa edit gambar, suara dan rasanya, sehingga ada respon dan strategi baru dari kejadian dimasa lampau dan tentu berdampak pada kondisi saat ini.
4. Melepaskan
Salah satu kekuatan dari Hypnosis adalah Guided Imagery Therapy atau memandu klien membayangkan sesuatu, lalu dalam keadaan trance kita bisa arahkan untuk melepaskan energi itu dalam bentuk berbeda, misalnya objek imagery therapy, Gestalt, terapi pemaafan dan Somatik therapy, jika seseorang sudah melepaskan energi yang tertahan, maka akan ada pemaknaan dan respon baru dari situasi dimasa lalu.
5. Subconscious Relearning
Seperti kita sadari bahwa gudang memori atau pikiran bawah sadar menyimpan banyak respon, jadi ketika seseorang dihipnosis, maka proses edukasi seperti relearn dan unlearn terjadi, ada pola baru yang tercipta dan ini tentu membutuhkan pendekatan repetitif, sehingga hasilnya optimal dipikirkan bawah sadar, jadi saat setelah terapi adanya kebiasaan dan perilaku baru yang muncul.
Kelima hal ini tentu masih bisa dikembangkan dan dibuat lebih baik lagi, sebab pada akhirnya setiap hipnoterapis memiliki tolak ukur yang berbeda, tergantung intuisi yang selama ini terlatih.
Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih
Salam Hipnosis dan Salam Pembelajar
Yusdi Lastutiyanto., CHt (IACT-USA)., CI
Licensed Trainer IHC
Jakarta, 9 Februari 2021
#selasabermakna
Sumber Bacaan :
1. Jeffrey Zeig and Stephen Giligan. Brief Therapy.
2. Steve de Shazer dan nsoo Kim Berg. Solution Focus Brief Therapy
2. Roy Hunter. The Art of Hypnotherapy
Komentar
Posting Komentar