GAK BISA ATAU GAK MAU DI HIPNOTIS ITU HAL YANG BERBEDA
*GAK BISA ATAU GAK MAU DI HIPNOTIS ITU HAL YANG BERBEDA.*
Saya sering mendapat pertanyaan dari alumni IHC tentang klien yang ga bisa di hipnotis.
Pasti saya tanya dulu ke teman itu, _“GA BISA dihipnotis atau GA MAU dihipnotis pasiennya?”._ Teman itu jawab, _"Maksudnya pak Avifi gak bisa atau gak mau gimana?”._
*Syarat untuk orang bisa di hipnotis adalah pasien BERSEDIA.*
Bersedia disini artinya bukan hanya lisannya aja yang ngomong bersedia, tapi pikirannya juga harus bersedia (apalagi untuk penyembuhan permanen pasien, *syarat ini adalah mutlak*).
Menguji kesediaan pasien adalah sebuah keharusan (uji sugestibilitas).
Sering saya uji pasien tentang keinginan sembuhnya (misalkan kasus stop smoking) yaitu dengan saya tanya, _“Bapak, tolong rilekskan/lemaskan tangannya ya? Ga usah dibantu angkat. Diijinkan ya pak?”_.
Pasien jawab, _“baik pak saya ijinkan”._ Kemudian saya tes angkat dan jatuhkan tangannya, setelah 2-3 kali baru saya tes dengan _pura-pura mau saya angkat tangannya_ padahal cuma saya pegang aja tangannya, dia sudah angkat tangannya duluan.
Saat dia angkat tangannya duluan saya selipkan bahasa hypnotic, _“Lho kan, bapak beda nie di lisan sama pikirannya… kan baru saya pegang tangan bapak sudah angkat duluan… tadi katanya di-ijinkan… ayo coba lebih pasrah lagi ya pak?”_ setelah itu pasien pasti lebih *“pasrah”.*
Saat pasrah itulah sebenarnya pasien sudah _“light trance”,_ tinggal kita tambah relaksasinya dengan deepening pasti masuk deep trance.
Hypnosis pada dasarnya adalah *SELF HYPNOSIS.* Terjadi jika pasien yang menginginkan. Kalau pasien tidak ingin artinya terapistnya maksa he..he..
*Pasien benar-benar ingin jika kita tepat saat PRETALK.*
Silahkan mencoba, semoga bermanfaat🙏
Komentar
Posting Komentar