Sabtu, 10 Juli 2021

*KRISIS EKSISTENSI DIRI DAN PERAN HIPNOTERAPIS*

 


*KRISIS EKSISTENSI DIRI DAN PERAN HIPNOTERAPIS*


Cerita 1


"Aku benci diri ku sendiri", itulah kalimat yang disampaikan oleh Adam seorang klien yang berusia 14 tahun dalam sesi hipnoterapi kepada saya saat sesi _free talk._


Lalu saya pun bertanya, "bagaimana kamu bisa membenci diri mu sendiri?"


Dia pun menjawab "setelah mami dan papi bercerai aku bingung mau bagaimana, aku seperti ga jelas hidup untuk apa, makanya saya benci diri sendiri."


***


Cerita 2


"Saya pernah merasa hampa ketika itu, sebab Tuhan lebih sayang dirinya, tapi saya tahu, saya harus _move on_ untuk menghidupi diri saya sendiri."  kalimat yang terlontar dari Bunga seorang klien berusia 25 dalam sesi hipnoterapi online kepada saya, yang menceritakan perasaannya ketika sang suami wafat. 


***


Sahabat hipnoterapis dua kisah di atas memang tidak lengkap, tapi itulah situasi yang akan kita hadapi dimasyarakat sebagai hipnoterapis, dan keduanya terjadi dimasa pandemi. 


Kedua kisah di atas bisa dikaitkan dengan krisis eksistensi diri yang dialami seseorang dan bisa terjadi pada siapapun, moment kehilangan, kematian, bencana dan kekecewaan seringkali menjadi penyebabnya. 


Dampak dari krisis eksistensi diri bisa membuat seseorang mengalami gangguan psikologis mulai dari ringan sampai serius yang bisa mempengaruhi hari-harinya. 


Kabar baiknya adalah jika seseorang itu menyadari keadaanya dan meminta bantuan tenaga kesahatan mental, maka tentu bisa meredam dan memulihkan kestabilan emosinya, tapi jika tidak tentu akibatnya akan memburuk.


Sahabat pembelajar IHC yang budiman, dimasyarakat nanti profesi hipnoterapis akan dibutuhkan untuk membantu mereka yang mengalami krisis eksistensi diri atau mungkin dampak dari pandemi covid, oleh karena itu siapkan diri dengan keterampilan hipnosis yang sudah dipelajari dikelas offline dan online. 


Konsep pertama sebagai hipnoterapis dalam sesi terapi adalah _Talking Cure_ yaitu "dengan berbicara bisa menyembuhkan", biarkan klien mengutarakan perasaan dan jujur dengan apa yang dialami, dan hipnoterapis perlu menyimak bahasa verbal dan non-verbal. 


Setelah klien bercerita situasinya, arahkan kepada hal apa yang mau diubah pada dirinya, yang berfokus pada tujuan akhir, nantinya tujuan akhir bisa digunakan untuk kalimat sugestinya, jika sudah maka hipnoterapis melanjutkan dengan memandu klien masuk ke dalam kondisi rileks, pemberian sugesti, jangkar emosi dan seterusnya. 


Ada hal lain yang perlu hipnoterapis ketahui saat praktek, karena kita bersifat komplementer, maka tentu berkolaborasi dengan tenaga professional lain itu juga penting. 


Yang perlu diketahui adalah konsep _Psychological First Aid_, yaitu *3L ( _Look, Listen and Link_ ). 


Pertama adalah _Look_, perhatikan tampilan klien, apa yang terlihat bisa jadi informasi keadaan mentalnya, cari informasi apa kebutuhannya dan kita bisa menyesuaikan diri untuk berkomunikasi dengannya. 


Yang kedua adalah _Listen_, dengarkan apa situasi dan kebutuhannya, jika mungkin hipnoterapi bisa membantu maka segera berikan intervensi dari apa yang kita ketahui dari pendekatan hipnosis. 


Dan yang ketiga adalah _Link_, di tahap ini hipnoterapis kesulitan memahami klien, dan dirasa klien butuh tenaga professional lain seperti psikologi, dokter atau psikiater, maka hipnoterapis bisa merekomendasikannya. 


Dengan memahami batasan-batasan dari hipnoterapi dan konsep *3L* ini, maka diharapkan hipnoterapi bisa sesuai dengan kebutuhan konsumen dan tidak _overlapping_ dengan profesi lain. 


Kembali ke krisis eksistensi diri. 


Mungkin krisis eksistensi diri adalah sesuatu yang sulit ditelusuri, sebab kecenderungannya adalah seseorang kehilangan makna hidup sebagai akibat dari sebuah fenomena perubahan hidup. 


Setiap perubahan tentunya akan berpengaruh pada pikiran, perasaan dan perilaku, dan tentu gejala-gejala itu bisa dirasakan oleh seseorang, dan jika ia menyadari perubahan itu maka hipnoterapis bisa membantu mengatasinya. 


Tulisan ini mengajak agar hipnoterapis mau berperan dengan optimal dan ekologis dengan salah satunya memberikan narasi edukatif di media sosial atau flatform lainnya tentang hipnosis, sebab bisa jadi fenomena krisis eksistensi diri akan banyak terjadi ke depan.


Hal lain adalah hipnoterapis perlu membuat kalimat proaktif positif yang membuat masyarakat tenang dan tetap menjaga prokes selama masa PMKK, sebab inilah yang sedang dibutuhkan, agar kita sama-sama saling menjaga. 


_Last but not least_' mari jadikan profesi hipnoterapis sebagai profesi yang mulia dan bermakna dimasyarakat. 


Semoga bermanfaat! 

-------

Sumber : Yusdi Lastutiyanto.Cht (IACT-USA).,CI

Hipnoterapis

Jakarta, 9 Juli 2021

#happyweekend

#pmkk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar