Rabu, 23 Februari 2022

Percaya Diri yang Berbahaya

 


Percaya Diri yang Berbahaya

Mungkin benar mungkin juga salah, terdapat banyak alasan belum mempraktikin ilmu healing karena tidak percaya diri. 

Namun pada faktanya, ada kondisi terapis percaya diri banget, tapi juga ada yang  gak ngefek apa-apa. 

Ketika tidak percaya diri, gak berani praktik. Di sisi lain ketika percaya diri sedang tinggi-tingginya justru gagal memberi efek.

Percaya diri ternyata punya problem sendiri. Dalam banyak traning pengembangan diri, selalu menjadi penekanan. Dalam public speaking misalnya, percaya diri dianggap sangat penting. Namun percaya diri masih memiliki sisi gelap.

Psikolog Roy Baumister dalam buku evil: inside human violence and cruetly, mengatakan  kepercayaan diri yang tinggi kerap membuat orang terjebak pada merasa hebat, kuat, merasa mampu, merasa benar dan tak terkalahkan.

Dalam konteks dan metode  PPA healing dan SEFT healing segala sesuatu ditautkan  dengan metode tauhid. 

Dalam tauhid aplikatif, percaya diri tidak menjadi sesuatu yang penting. Karena memang tak perlu percaya diri. Persoalannya kadang, diri itu sendiri kerap tidak layak juga dipercaya. Kadang hianat juga. Lalu kenapa dijadikan sumber kekuatan, padahal diri itu pun rapuh.

Percaya sama Allah adalah paling penting. Meyakini bahwa Allah menemani setiap langkah dan ikhtiar justru membebaskan manusia dari jebakan negatif percaya diri dan mebebani diri. 

Jika hati seseorang yakin akan Allah menolongnya, atas kesadaran bahwa dirinya makhluk yang serba terbatas dan lemah, maka dia juga memiliki rasa harap hanya kepada Allah. Outputnya akan mengantarkan seseorang pada puncak grateful dan surrunder. 

Bersyukur dan pasrah,  menyerahkan urusan kepada Tuhan adalah puncak kepercayaan kepada Allah yang melampaui sekadar percaya diri.

Menurut psikolog lain, Seligman, percaya diri dan optimisme bukan harga mati. Dia menunjukkan bukti ilmiah, betapa itu buruk.


Sumber : 

Kadarisman

Tabalong Kalsel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar