Aku dalam sangkaan hamba-‎Ku

 


Saya mengutif tulisan dari : Ustadz Didi Junaidi
Semoga beliau selalu mendakwah menuju kebaikan dan ilmu beliau menjadi ilmu bermanfaat . 
Aamiin


Dalam Hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, 

”Aku dalam sangkaan hamba-‎Ku, dan Aku akan selalu bersamanya, ketika ia mengingat-Ku. Kemudian ‎apabila ia ingat Aku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku, dan ‎jika ia ingat kepada-Ku dalam satu kaum, maka Aku akan mengingatnya ‎dalam kaum yang lebih banyak dari pada kaum itu. Jika ia mendekat kepada-‎Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati-Ku satu ‎hasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan ‎berjalan kaki, aku akan datang kepadanya dengan lari-lari kecil.” (Riwayat ‎Bukhari dan Muslim)‎


Dalam Hadis Qudsi lainnya Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, ‎‎”Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku, dengan suatu amal lebih ‎Aku sukai, daripada jika ia mengerjakan amal yang Kuwajibkan kepadanya. ‎Hamba-Ku selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah ‎hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengaran ‎yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatan yang ia melihat ‎dengannya, sebagai tangan yang ia memukul dengannya, sebagai kaki yang ia ‎berjalan dengannya. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Ku-beri dan jika ia minta ‎perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi.” (Riwayat Bukhari)‎


Dua buah Hadis Qudsi di atas menjelaskan betapa dekatnya Allah dengan ‎hamba-Nya yang mau mendekat kepada-Nya. Bahkan kedekatan Allah kepada ‎hamba-Nya, lebih dekat dari kedekatan hamba-Nya kepada-Nya.‎


Dalam salah satu ayat-Nya, Allah SWT menegaskan, “Dan Kami lebih ‎dekat kepadanya daripada urat nadinya.” (Q.S. Qaf: 16). Sungguh, Allah ‎begitu dekat dengan kita, Ia Maha dekat.‎


Ironisnya, kita sering menganggap bahwa Allah jauh dari kehidupan kita. ‎Kita sering mempertanyakan keberadaan-Nya, terutama ketika beragam ujian ‎dan cobaan datang menimpa kita.‎


Ketika tengah dirundung kemalangan, ditimpa musibah, didera pelbagai ‎persoalan hidup, seringkali kita menganggap Allah tidak sayang kepada kita. ‎Tidak jarang kita menganggap Allah begitu jauh dan tidak memedulikan kita. ‎Bahkan, sadar atau tidak kita sering mempertanyakan keadilan Allah. Kita ‎menganggap bahwa selama ini doa yang kita panjatkan tidak pernah ‎dikabulkan oleh-Nya. Kita merasa bahwa Allah jauh dari kehidupan kita, ‎sehingga tidak menghiraukan segala persoalan yang tengah kita hadapi.‎


Anggapan ini tentu sama sekali tidak berdasar. Karena kalau kita mau ‎jujur pada diri sendiri, sesungguhnya bukan Allah yang menjauh dari kita, ‎tetapi kitalah yang menjauh dan menjaga jarak dengan-Nya. ‎


Perilaku buruk serta perbuatan tidak terpuji yang kita lakukan dalam ‎kehidupan sehari-hari itulah yang menjauhkan kita dari Allah. Semakin sering ‎kita melakukan maksiat kepada-Nya, semakin jauh jarak kita dengan Allah. ‎Semakin kita bergelimang dosa, semakin tebal dinding pemisah antara kita ‎dengan Allah.‎


Untuk dapat mendekat kepada-Nya, maka kita perlu membersihkan ‎kotoran-kotoran dalam diri kita. Kita hilangkan noda-noda dosa dalam diri kita, ‎dengan kembali (bertaubat) kepada-Nya. Hanya dengan membersihkan jiwa ‎kita dari dosa dan kembali kepada-Nya, kita dapat dekat dengan-Nya.‎


Semakin sedikit kotoran berupa dosa dalam diri kita, semakin kita dekat ‎dengan-Nya. Jika kita sudah dekat dengan-Nya, maka Allah pun akan lebih ‎dekat dengan kita. 


Sumber : 

‎ByDidi Junaedi

http://menara62.com/



Komentar

Postingan Populer