Jumat, 08 Juli 2022

BERBURU MONYET



 


BERBURU MONYET

"Apakah kamu tahu bagaimana pemburu zaman dahulu menjebak monyet?" Seorang pria bertanya kepada anaknya.


“Daripada mengejar mereka ke atas pohon atau menembakkan panah dari bawah, mereka akan meletakkan toples kaca berat dengan leher sempit di lantai, yang berisi makanan favorit monyet di dalamnya.

Mereka kemudian mundur dan bersembunyi, menunggu hewan yang tidak curiga mendekat.


Ketika itu terjadi, monyet akan meraih ke dalam toples, mengepalkan tangan di sekitar makanan, dan mencoba menariknya keluar. Namun, leher toples yang sempit akan menghentikan monyet malang itu untuk mengeluarkan tangannya!


Monyet akan terus menarik tangan, tetapi tidak berhasil. Tidak ada cara untuk mengeluarkan tangannya dari toples tanpa melepaskan makanannya.


Alih-alih melepaskan, monyet itu akan bertahan, menolak untuk menjatuhkan makannya.


Para pemburu kemudian akan mendekati dan menangkapnya.”


“Jangan seperti monyet itu,” pria itu memperingatkan, “Dalam hidup, untuk berjuang di hari lain dan tumbuh sebagai pribadi, Anda harus tahu kapan harus harus move on, kapan harus melepaskan apa pun yang menahan Anda.”

Kisah ini mengajarkan kepada kita, betapa pentingnya membuka “Genggaman Tangan” kita


Konon ceritanya, ada suatu teknik unik dalam berburu monyet di hutan-hutan Afrika. Caranya begitu unik, memungknkan si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup, tanpa cedera sedikit pun.


Cara menangkapnya pun sederhana sekali. Pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi pisang atau kacang yang telah diberi aroma. 

Tujuannya, untuk mengundang monyet-monyet datang. Lalu toples itu ditanamkan di dalam tanah dengan menyisahkan mulut toples dibiarkan tanpa tutup. Para pemburu melakukannya di sore hari.


Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol dan tidak bisa dikeluarkan. Kok bisa?


Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati, lalu memasukan tangan untuk mengambil pisang atau kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam pisang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan pisang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi monyet-monyet itu tak akan dapat pergi kemana-mana.


Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi tanpa sadar, sebenarnya kita mungkin menertawakan diri kita sendiri. Ya kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita menggenggam erat setiap permasalahan yang kita hadapi, layaknya monyet menggenggam pisang. 

Kita sering menyimpan dendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah mengmpuni. Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya.


Bahkan kita bertindak begitu bodoh, membawa “toples-toples” itu kemana pun kita pergi. Dengan beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenarnya sedang terperangkap penyakit kepahitan yang akut. Sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat, jika mau membuka genggaman tangannya, dan kita pun akan selamat dari sakit hati, jika sebelum matahari terbenam, kita mau melepaskan perasaan negatif terhadap siapa pun.


Nabi Muhammad SAW bersabda:

Allah tidak menambah seorang laki-laki yang pemaaf, kecuai kemuliaannya.” (HR. Sunan At-Tirmidzi)


Pesan moral dalam cerita:

 Terkadang kamu harus merelakan dan merelakan apa yang kamu miliki sekarang untuk menerima sesuatu yang lebih baik di masa depan.

 Jangan biarkan kekeraskepalaan menjadi kejatuhan Anda!


Sumber : 

Berbagai sumber , 

Ir Hamry Gusman Zakaria, MM

_______

✍️Aku Ingin lebih bermanfaat , kebermanfaatan tanpa Batas dan Ruang.

Sebagai khalifah di muka bumi ini .


Terkhusus memperbaiki AKHLAK menjadi Akhlakulkarimah melalui Olah Pikir Olah Nafas dan Tindakan.


Karena Aset terbesar bukan di gali di dalam tanah , tapi ada pada Pikiran Bawah Sadar Manusia. 


Salam 02T 

Salam SP🅰️


www.akhlakulkarimahhipnoterapi.com 

www.abdulahhubai.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar