Sabtu, 30 Oktober 2021

RASULULLAH SAW TIDAK SUKA ORANGTUA YANG PILIH KASIH



RASULULLAH SAW TIDAK SUKA ORANGTUA YANG PILIH KASIH


Banyak orangtua yg tanpa sadar bersikap tidak adil pada anak2nya. Pilih kasih atau memiliki 'anak favorit'. Kondisi sebenarnya tak boleh dibiarkan dan Islam sangat melarang hal tsb.


Sikap orangtua yg pilih kasih dan membeda2kan anak bisa menimbulkan permusuhan. Hubungan kakak beradik jadi tidak baik, anak akan kehilangan rasa kasih sayang antar saudara dan berdampak pada sikap tidak menghormati orangtuanya.


Sebagaimana sebuah hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari kisah An-Nu’man bin Basyir, bahwasanya ayahnya datang membawanya kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata:


"Sungguh aku telah memberi pemberian berupa seorang budak milikku kepada anakku ini.” Kemudian Rasulullah SAW. bersabda: “ Apakah semua anakmu kau beri seperti (anakmu) ini?”

Dia menjawab: “ Tidak.” Maka Rasulullah SAW. bertanya : “ Apakah engkau senang apabila mereka (anak2mu) semuanya berbakti kepadamu dengan sama?” Dia menjawab: “ Aku mau (wahai Rasulullah).” Lalu Rasulullah SAW. bersabda: “ Kalau begitu, jangan kau lakukan (pilih kasih).”


(HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)


Maksud dari hadits di atas adalah hibah harus diberikan secara adil atau sama rata. Boleh membedakannya jika ada alasan tertentu, akan tetapi, apabila salah satu dari anak2 itu mempunyai suatu kebutuhan yg lebih dari lainnya lantaran sebab yg diperbolehkan sedangkan yg lainnya tidak membutuhkannya, maka seperti ini boleh dilebihkan menurut kebutuhan masing2.


Syaikh Abdul Ghani Al-Nablisi berkata : “Pilih kasih orang tua terhadap anaknya akan menimbulkan permusuhan, kedengkian dan kebencian diantara sesama anak-anak itu sendiri, kemudian akibat selanjutnya akan terjadilah pemutusan hubungan keluarga yg disebabkan oleh sikap pilih kasih orang tua mereka.”


Untuk itu orangtua, selalu berusaha untuk bersikap adil kepada anak2. Rasulullah SAW sampai berwasiat dan mengulangnya hingga tiga kali, beliau bersabda:


“Adillah kepada anakmu, adillah kepada anakmu, adillah kepada anakmu!” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Hibban)

Jumat, 29 Oktober 2021

DOA ORANG YANG DIZALIMI

 


DOA ORANG YANG DIZALIMI.

Seorang nelayan miskin yang hidupnya menanggung keluarga dengan hasil tangkapan ikan.

Malangnya tangkapan ikannya selalu tiada.

Hanya menggunakan jala, dia menebarkannya di tepian pantai dengan harapan akan ada ikan yang tersangkut.

Beberapa kali dicoba, nampaknya tiada razeki buatnya. Begitulah beberapa hari dan dia tidak berputus asa. Dia mempunyai kesabaran dan tekad berusaha yang tinggi.

Pada suatu hari, dia ke pantai lagi, menebar jala dengan harapan ada ikan yang tersangkut.

Beberapa kali dicoba, namun tiada.

Namun, dia mencoba juga dengan longlai dan penuh harapan.

Lalu, Allah mentakdirkan seekor ikan besar terperangkap dalam jalanya... Alangkah gembiranya melihat ikan besar itu.

Sambil menarik ikan tersebut, dia pun membayangkan apa yang akan dilakukan dengan ikan itu...

Akan aku beri makan kepada keluargaku sehingga kenyang.

Kepada jiranku juga harus diberikan.

Selebihnya barulah aku jualkan.

Demikian nelayan itu merencanakan apa yang akan dibuatnya terhadap ikan itu. Rezeki yang begitu sukar diperolehi.

Malangnya, ketika itu lalu seorang raja dengan askarnya. Raja itu sangat tertarik melihat ikan besar yang baru diperolehi nelayan itu. Lantas, disuruhnya pengawalnya mendapatkan ikan tersebut dari nelayan...

Sudah tentu nelayan itu sangat keberatan.

Setelah merasakan bahawa dia tidak dapat mempertahankan ikannya itu dari diambil oleh raja, dia pun meminta harga sebagai bayaran.

Dengan angkuh pengawal itu merampas ikan itu dan mengatakan raja tidak membayar harga daripada apa yang dikehendakinya.

Maka, ikan itupun dibawa pergi... 😥😥

Bergenang air mata sang nelayan miskin yang daif dan tak mampu berbuat apa-apa. Haknya dirampas.

Kepada siapa hendak dia mengadu..?

Hanya kepada Allah Tuhan yang satu.

Dia pun menadahkan tangan dan berdoa.

Sementara raja itu, dengan senang hati kerana dapat ikan, disuruhnya tukang masak istana segera masakan ikan itu. Ikan sebesar itu dia seorang saja yang makan.

Malangnya, beberapa hari setelah makan ikan itu, raja telah dijangkiti satu penyakit aneh. Penyakit itu pada mulanya hanya berupa bengkak pada ibu jarinya. Bengkak itu disertai dengan sakit yang sangat mengganggu keselesaannya.

Lama kelamaan mula bernanah.

Tabib istana dipanggil dan setelah dicermati, dia menasihatkan supaya ibu jari kaki raja itu dipotong. Raja enggan menerima nasihat tabib istana dan disuruh carikan obat untuk sakitnya.

Namun obat tidak ditemui juga walau bermacam ikhtiar diusahakan.

Beberapa hari kemudian, tabib istana yang merawatnya memberitahu bahawa penyakit itu telah merebak hingga ke buku lali. Kakinya hendaklah dipotong supaya penyakit tidak merebak ke atas. Raja masih enggan menenerima nasihat tersebut kerana dia sayangkan kakinya.

Dia memerintahkan agar dicari tabib lain yang lebih handal.

Seorang tabib dari luar di bawa.

Setelah melihat penyakit di kaki raja, dia pun memberitahu bahawa penyakit di kaki raja itu telah merebak hingga ke betis. Kalau tidak dipotong betis, ia akan merebak ke atas lagi.

Ketika itu, akurlah sang raja.

Lantas betisnya itu pun dipotonglah.

Raja sangat sedih atas kehilangan betisnya.

Namun, kesedihannya tidak tamat di situ.

Dalam keadaan sugul kerana kehilangan kakinya, tiba-tiba negerinya dilanda gempa. Harta benda dan jiwa banyak yang musnah.

Keadaan ini membuatkan raja sangat hairan.

Lalu, raja memanggil seorang ulama dan bertanyakan maksud di balik semua musibah yang menimpanya itu.


" Tuanku telah menzalimi seseorang", ulama itu membuat rumusan.

" Seingat beta, tidak pernah beta zalimi sesiapa", ujar raja.

" Coba Tuanku ingat betul-betul, pernahkah tuanku zalimi seseorang?", ulama itu tetap dengan rumusannya.

Maka, ketika mengimbau kembali apa yang telah dilakukannya, raja pun teringat perihal ikan yang dirampasnya dari seorang nelayan.

Ketika dia merampas ikan itu, dia tidak merasakan itu satu kezaliman. Apalah harganya seekor ikan..

" Perkara kecil di mata tuanku adalah besar di mata nelayan itu", ulama itu mengingatkan.

Raja itu memerintahkan agar nelayan itu dicari dan dibawa mengadapnya.

" Apa yang telah kamu lakukan setelah ikanmu beta rampas?", raja bertanya kepada nelayan itu.

" Saya tidak lakukan apa-apa", jawab nelayan ketakutan.

" Ceritakan terus terang, kamu tidak akan beta apa-apakan", raja memujuk dan menenangkan nelayan yang ketakutan itu.


Akhirnya nelayan itu pun berkata... ;

"Setelah ikan itu tuanku rampas, saya hanya mampu berdoa..."

"Apa doamu?", soal raja

Nelayan pun berkata: "Aku hadapkan wajahku kepada Allah dan berkata...

“Ya Allah, sesungguhnya dia telah memperlihatkan kekuasaannya atasku... Maka tunjukkanlah Kekuasaan Mu ke atasnya”.

Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahawa Nabi SAW telah mengutus Mu’adz ke Yaman dan Beliau berkata kepadanya :-

“Takutlah kamu akan doa seorang yang terzalimi, kerana doa tersebut tidak ada hijab (penghalang) di antara dia dengan Allah”.

(Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim)

Janganlah kamu berbuat zalim saat kamu berkuasa

~ Maka kezaliman itu membawa akibat penyesalan

Kamu boleh lenakan mata tetapi yang dizalimi sentiasa berjaga

~ Dia berdoa ke atasmu dan mata Allah tidak pernah lena.


Wallahua'lam...

Petikkan Dari Ustaz Ahmad Nasir.

#IlmuDuniaDanAkhirat

Kamis, 28 Oktober 2021

JANGAN PERNAH MERENDAHKAN MANUSIA MESKIPUN HANYA DALAM HATI*

 


*JANGAN PERNAH MERENDAHKAN MANUSIA MESKIPUN HANYA DALAM HATI*


Suatu hari di tepi sungai Dajlah, *Hasan al-Basri* seorang *Sufi besar* melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak.


Kemudian Hasan berbisik dalam hati, “Alangkah buruk akhlak orang itu dan baiknya kalau dia *seperti aku..!* ”.


Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi terus *terjun* untuk *menolong penumpang* perahu yang hampir lemas. *Enam* dari tujuh penumpang itu berhasil *diselamatkan*.


Kemudian dia berpaling ke arah *Hasan al-Basri* dan berkata, “Jika engkau memang *lebih mulia* daripada saya, maka dengan nama Allah selamatkan *seorang lagi* yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan *satu orang saja,* sedang saya telah menyelamatkan *enam orang*”.


Bagaimanapun *Hasan al-Basri gagal* menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu berkata padanya, “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah *ibu* saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi *air biasa*, bukan *anggur atau arak*”.


Hasan al-Basri tertegun lalu berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka *selamatkanlah* saya dari tenggelam dalam *Kebanggaan dan Kesombongan*”


Lelaki itu menjawab, “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan”


Semenjak itu, Hasan al-Basri *semakin dan selalu merendahkan hati* bahkan ia *menganggap dirinya* sebagai *makhluk yang tidak lebih daripada orang lain*. 


Jika Allah membukakan pintu *Sholat Tahajud* untuk kita, janganlah lantas kita *memandang rendah* saudara seiman yang sedang *tertidur nyenyak*.


Jika Allah membukakan pintu *Puasa Sunnah*, janganlah lantas kita *memandang rendah saudara seiman* yang *tidak* ikut *berpuasa sunnah*. Boleh jadi orang yang *gemar tidur* dan jarang *melakukan puasa sunnah* itu lebih dekat dengan *Allah,* daripada diri kita.


Ilmu *Allah sangat amatlah luas*.


Jangan pernah *Kagum atau Takjub & Sombong* pada *Amalanmu*.


Sahabatku,,, indahnya Nasehat ini *semoga* menjadi Pengobat Jiwa agar kita terhindar dari *sifat Mazmumah.*


Walau sehebat apapun diri kita jangan pernah berkata “ _*Aku lebih baik dari pada kalian, Aku lebih bersih dari pada kalian*_”


_(Imam Al Ghazali)_


Salam Sukses Bahagia Dan Sentosa 🙏🙏💪🕺

Langkah langkah PEMANTIK SUKSES:

 


Langkah langkah PEMANTIK SUKSES: 

1. Selaraskan 

2. Pantaskan 

3. Amanah , percaya

4. Syukur

----

Pahami apa yang Dominan modalitas orang lain

Visual kah ?,  Auditori kah? , Kinestetik kah ?, Olfaktory kah ? , Gustatory kah ? Dll 15 modalitas


------

Focus 

Niat yang luas dan Kuat 

Gunakan cara meng non aktifkan Filter mental 

Beri Ruh tiap kata kata :  

- Bayangkan 

- Sekarang , Rasakan

- Ciptakan Visualkan Hubungan Sugesti


KEBERMANFAATAN MENUJU HARAPAN

Rabu, 27 Oktober 2021

KISAH SEORANG ISTRI YANG BISA MEMBUAT SUAMINYA TERGILA-GILA PADANYA



KISAH SEORANG ISTRI YANG BISA MEMBUAT SUAMINYA TERGILA-GILA PADANYA..

📋✏ Ustadz Abu Fairuz Ahmad

Seorang Ayah bercerita pd anak perempuannya,

Suatu hari seorang wanita tua diwawancarai oleh seorang presenter dalam sebuah acara tentang rahasia kebahagiaannya yang tak pernah putus.

Apakah hal itu karena ia pintar memasak? Atau karena ia cantik? Atau karena ia bisa melahirkan banyak anak, ataukah karena apa?

Wanita itu menjawab :

“Sesungguhnya rahasia kabahagiaan suami istri

ada di tangan sang istri, tentunya setelah mendapat taufik dari Allah. Seorang istri mampu menjadikan rumahnya laksana surga, juga mampu menjadikannya neraka.

Jangan Anda katakan karena harta !

Sebab betapa banyak istri kaya raya namun ia rusak karenanya, lalu sang suami meninggalkannya.

Jangan pula Anda katakan karena anak-anak !

Bukankah banyak istri yang mampu melahirkan banyak anak hingga sepuluh namun sang suami tak mencintainya, bahkan mungkin menceraikannya.

Dan betapa banyak istri yang pintar memasak.

Di antara mereka ada yang mampu memasak hingga seharian tapi meskipun begitu ia sering mengeluhkan tentang perilaku buruk sang suami.”

Maka sang peresenter pun terheran, segera ia berucap:

“Lantas apakah rahasia nya..?”

Wanita itu menjawab:

“Saat suamiku marah dan meledak-ledak, segera aku diam dengan rasa hormat padanya. Aku tundukkan kepalaku dengan penuh rasa maaf.

Tapi janganlah Anda diam yang disertai pandangan mengejek, sebab seorang lelaki sangat cerdas untuk memahami itu.”

“Kenapa Anda tidak keluar dari kamar saja..?” tukas presenter.

Wanita itu segera menjawab:

“Jangan Anda lalukan itu! Sebab suamimu akan menyangka bahwa Anda lari dan tak sudi mendengarkannya. Anda harus diam dan menerima segala yang diucapkannya hingga ia tenang.

Setelah ia tenang, aku katakan padanya;

'Apakah sudah selesai?'

Selanjutnya aku keluar….

Sebab ia pasti lelah dan butuh istirahat setelah melepas ledakan amarahnya.

Aku keluar dan melanjutkan kembali pekerjaan rumahku.”


“Apa yang Anda lakukan?

Apakah Anda menghindar darinya dan tidak berbicara dengannya selama sepekan atau lebih?” tanya presenter penasaran.


Wanita itu menasehati :

“Anda jangan lakukan itu, sebab itu kebiasaan buruk. Itu senjata yang bisa menjadi bumerang buat Anda.

Saat Anda menghindar darinya sepekan sedang ia ingin meminta maaf kepada Anda, maka menghindar darinya akan membuatnya kembali marah.

Bahkan mungkin ia akan jauh lebih murka dari sebelumnya.”


“Lalu apa yang Anda lakukan..?” tanya sang presenter terus mengejar.


Wanita itu menjawab:

“Selang dua jam atau lebih, aku bawakan untuknya segelas jus buah atau secangkir kopi, dan kukatakan padanya, Silakan diminum.

Aku tahu ia pasti membutuhkan hal yang demikian, maka aku berkata-kata padanya seperti tak pernah terjadi sesuatu sebelumnya.”


“Apakah Anda marah padanya..?” ucap presenter dengan muka takjub.


Wanita itu berkata:

“Tidak...


Dan saat itulah suamiku mulai meminta maaf padaku dan ia berkata dengan suara yang lembut.”


“Dan Anda mempercayainya..?” ujar sang presenter.


Wanita itu menjawab :

“Ya. Pasti. Sebab aku percaya dengan diriku dan aku bukan orang bodoh.

Apakah Anda ingin aku mempercayainya saat ia marah lalu tidak mempercayainya saat ia tenang..?”


“Lalu bagaimana dengan harga diri Anda?” potong sang presenter.


*“Harga diriku ada pada ridha suamiku dan pada tentramnya hubungan kami.*

*Dan sejatinya antara suami istri sudah tak ada lagi yang namanya harga diri.*

*Harga diri apa lagi..?!!*

*Padahal di hadapan suami Anda, Anda telah lepaskan semua pakaian Anda!”*